"Sempurna"

Kau begitu sempurna...
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku
Akan Selalu memujamu...


Itulah salah satu isi lagu yang dipopulerkan Andra and The Backbone. Lagu tersebut berisi pemujaan yang totalitas terhadap objeknya sesuai penafsiran sang mufassir.

Taruhlah, saya sebagai penafsir. Saya akan menafsirkan bahwa objek yang dimaksud dalam lagu tersebut adalah seorang wanita. Maka pemujaan dalam bentuk ungkapan yang saya lakukan adalah berdasarkan pengalaman empiris mulai dari apa yang saya lihat, dengar dan rasakan tentang seorang wanita. saya akan berkesimpulan bahwa kesempurnaan wanita itu, bla bla bla yang tentunya menurut ukuran dan sudut pandang saya.

Coba misalnya, dalam lagu tersebut saya menafsirkan objeknya adalah seekor kucing. Maka kucing saya akan katakan kucing sempurna jika kucing tersebut hadir memberikan sebuah keindahan yang tentunya menurut takaran saya juga. Tidak suka mencuri ikan misalnya.

Tapi, bagaimana jika kesempurnaan itu diletakkan dalam konstruks kolektifitas? Parameter kesempurnaan tentu ada. Mau contoh? Luna Maya misalnya.. Laki-laki mana yang mengatakan bahwa Luna Maya tidak cantik? Cantiknya Luna Maya memang seakan terkonstruks sedemikian rupa sehingga menghasilkan definisi menurut laki-laki yang melihatnya secara bersamaan. Kesimpulannya, menurut saya kesempurnaan bisa saja lahir dari kesepakatan. Kira-kira gitu ya…… Hi….99x


“Kesempurnaan adalah imajinasi tanpa wujud. Tiada kesempurnaan yang hakiki, yang ada hanyalah upaya berkelanjutan untuk menghadirkan kesempurnaan itu sendiri. Kesempurnaan akan terus bergulir sesuai dengan pertumbuhan harapan para penikmatnya”

Tidak ada komentar: